Apa sebenarnya FemDom itu?
Dominasi Wanita; apa istilah untuk membaca. FemDom, atau Dominasi Wanita, bisa menjadi sesuatu yang benar-benar disukai atau ditentang orang. Seringkali ketika kita berbicara tentang BDSM, kita melihat gagasan yang dianut dengan gembira tentang laki-laki dominan, perempuan penurut. FemDom menerima gagasan ini dan menunjukkan kepada kita bahwa wanita juga memiliki kemampuan untuk mendominasi. FemDom jauh lebih ceruk daripada aspek BDSM lainnya dan dapat menimbulkan perasaan yang sangat kuat di kedua sisi.
Mengapa konsep FemDom begitu kontroversial?
Secara historis, perempuan dipandang sebagai pasangan yang tunduk, sedangkan laki-laki dipandang sebagai pasangan yang dominan. Sikap budaya dan sosial terhadap perempuan ini benar-benar dapat menjatuhkan gagasan tentang perempuan yang berkuasa.
Sikap yang kita lihat terhadap FemDom sejujurnya masih berasal dari cara pandang gender di masyarakat. Peran gender yang diterima secara tradisional masih menjadi norma yang dominan, dan sangat sulit untuk melewatinya. Sementara masyarakat menjadi lebih progresif dan terbuka, beberapa hal tidak mudah berubah.
Apa Sejarah Memberitahu Kita Tentang Dominasi Perempuan
Sejujurnya, hingga tahun 60-an, wanita biasanya disebut sebagai kaum hawa. Ini adalah cara untuk merendahkan mereka, meski sering tidak diakui. Wanita terutama dihargai karena penampilan dan kemampuan mereka untuk menjaga rumah, bukan karena kecerdasan dan kemampuan mereka untuk menjaga sikap yang lebih jelas dan lebih tenang. Dalam banyak hal, perempuan dulu dan masih dianggap lebih rendah dari laki-laki. Kemampuan untuk memiliki kecerdasan emosional dipandang sebagai sesuatu yang negatif, bukan sesuatu yang dapat berdampak positif bagi dunia.
Di sisi lain, laki-laki digambarkan sebagai pemenang roti yang kuat dan percaya diri yang harus memimpin dalam segala aspek. Laki-laki dianggap dominan di kamar tidur, rumah tangga, lingkaran pekerjaan, dan hampir di mana-mana.
Faktanya, pria adalah satu-satunya orang yang dapat memilih secara legal sampai sekitar tahun 1918, setelah bertahun-tahun hak pilih wanita. Jadi intinya, secara historis kita melihat bahwa perempuan dan laki-laki dipandang dan diperlakukan sangat berbeda dalam masyarakat. Sikap tersebut masih lazim di zaman modern, bahkan dengan gerakan feminis yang semakin kuat.
FemDom dipandang begitu merendahkan karena masyarakat masih lebih nyaman melihat perempuan sebagai tempat penundukan, dan laki-laki sebagai tempat kontrol. Pikiran dan gagasan wanita yang dikendalikan dan dikuasai oleh pria seringkali sangat membangkitkan gairah seksual bagi banyak orang. Tapi FemDom mengizinkan wanita untuk menggunakan kekuatan mereka sebagai ekspresi pembebasan dan kekuatan, dan untuk menyenangkan dirinya sendiri dan pasangannya. Hal ini bertentangan dengan pandangan modern yang masih berlaku bahwa perempuan harus rela dengan tunduk.
Sikap ini bahkan terbawa ke mainan seks yang dibeli untuk memenuhi keinginan. Misalnya, sebagian besar peralatan BDSM yang dijual menunjukkan model wanita pengekangan, cambuk seks dan kerah. Ini menunjukkan kepada kita bahwa wanita adalah alat penjualan ke dunia, dan memaksakan gagasan bahwa merekalah yang harus didominasi.
FemDoms membuat gelombang di masyarakat. Pria yang merasa lebih tunduk biasanya merasa perlu menyembunyikannya dari dunia, dan bahkan pasangannya, karena mereka takut akan dipandang sebagai pria beta. Laki-laki alfa biasanya adalah laki-laki yang dominan, sedangkan laki-laki Beta dipandang rendah, seolah-olah mereka lemah dan tidak terkendali.
FemDoms sering dibicarakan dengan jijik, seolah-olah itu tidak wajar, dan tidak baik. Namun, bagi banyak pria yang mungkin merasa lebih tunduk, seorang FemDom dapat mengubah dunia mereka. Mereka dapat dengan bebas melepaskan kendali pada wanita dominan, dan merasa dalam kondisi terbaiknya.
Laki-laki yang lebih penurut seringkali merasa malu bahkan hanya untuk mengidentifikasi dirinya sebagai penurut, dan mungkin merasa direndahkan, tidak dapat dicintai, dan tidak diterima oleh masyarakat.
Wanita dominan, atau wanita dalam peran FemDoms, mampu mengontrol kodrat mereka dan menyesuaikan dominasi mereka dengan pria yang bersamanya. FemDoms tidak selalu berbahan kulit atau lateks! Seperti laki-laki dominan, mereka hidup normal. Beberapa orang vanilla dan bahkan laki-laki dominan stereotip sering menyebutkan merasa tidak nyaman dengan konten FemDom, dan melihat ini membuat mereka merasa takut!
Kesimpulan
Menjadi jelas bahwa bagi wanita, selama mereka mengidentifikasi diri sebagai wanita penurut, hal itu dapat diterima oleh dunia. Saatnya untuk mengubah ini! Mungkin dunia belum siap menerima FemDoms sepenuhnya – tetapi kita harus mengubahnya, seperti semua hal lainnya. Setiap orang harus disambut. Jika Sobat membaca ini sebagai FemDom, ketahuilah bahwa Sobat dicintai dan dihargai.